MENU

Minggu, 20 Maret 2011

Ekonomi RI Terancam Besarnya Kebutuhan Energi Asia





JAKARTA - Pemulihan ekonomi dunia yang dipimpin negara-negara di kawasan Asia mendorong naiknya kebutuhan energi di wilayah ini. Hal itu menjadi risiko tersendiri bagi perekonomian nasional. Sebab, di saat kebutuhan meningkat, pasokan energi primer yang minim dari negara produsen minyak dunia berdampak pada sulitnya harga minyak berada di bawah level USD90 per barel.

Direktur perencanaan ekonomi makro Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Prijambodo mengungkapkan, pada 2011–2012,kebutuhan minyak dunia meningkat hingga 1,6 juta barel per hari menjadi 88,3 juta barel per hari dari kebutuhan pada 2010 yang mencapai 86,7 juta barel per hari

“Persoalannya kini pada pasokan dan keterbatasan produksi oleh negara non-OPEC,” ungkap Bambang di Jakarta.

Dari total tambahan kebutuhan sebesar 1,6 juta barel per hari tersebut, negara non-OPEC hanya sanggup memproduksi 0,2 juta barel per hari. Untuk menutupi tambahan kebutuhan ini, kini sepenuhnya bergantung pada produksi negara OPEC.Di sisi lain,masalah yang ditimbulkan gejolak politik di Timur Tengah yang belum juga mereda membuat harga minyak makin tinggi.

Menurut dia,Departemen Energi Amerika Serikat menyebutkan bahwa harga minyak tahun ini diperkirakan berada pada kisaran USD102/barel dari sebelumnya yang hanya diperkirakan berada pada level USD93 per barel.

"Jadi,kemungkinan sangat kecil (harga minyak) berada di bawah USD90/barel,”tuturnya.

Mengantisipasi hal itu Indonesia harus memperkuat ketahanan energinya. Sebab, dengan kuatnya laju pertumbuhan ekonomi nasional,kebutuhan energi pun semakin besar. Langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk mengantisipasi hal ini perlu dipersiapkan. Indonesia yang memiliki sumber daya alam berlimpah, khususnya batu bara, gas, dan panas bumi, harus mampu mengembangkan potensi-potensi tersebut secara maksimal.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana menambahkan, pemerintah masih terus memantau perkembangan harga minyak dunia dan relevansinya terhadap perekonomian nasional. Hal itu dilakukan agar langkah yang diambil terkait perkembangan harga minyak dunia tidak menimbulkan dampak terlalu besar bagi perekonomian nasional. Dia mengatakan, Fokus Bappenas saat ini adalah menyiapkan energi terbarukan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki di dalam negeri, termasuk sumber-sumber energi terbarukan.Armida memaparkan, jika hal ini bisa dimaksimalkan, ketahanan energi dalam negeri bisa terjaga.

“Diversifikasi dari minyak ke gas masih digodok,terutama menyangkut kesiapan infrastruktur pendukungnya,” ungkapnya.

Listrik Murah

Terpisah, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah berencana mempercepat pembangunan koridor-koridor ekonomi nasional. Cara yang dilakukan salah satunya adalah dengan menggiatkan program listrik murah,di mulai dari Sumatera Selatan. “Listrik murah merupakan salah satu konteks untuk percepatan pembangunan koridor ekonomi di Sumatera Selatan,” tutur Hatta di sela acara peluncuran listrik masuk desa di Desa Sido Rahayu, Palembang, Sumatera Selatan,kemarin.

Listrik murah untuk menggenjot percepatan pembangunan koridor ekonomi harus mengutamakan seluruh potensi energi yang tersedia secara lokal. Hal yang dicanangkan untuk itu salah satunya adalah energi yang bersumber dari air. “Jika sudah terealisasi,otomatis listrik akan murah dan bantuan subsidi akan berkurang,” paparnya. (wisnoe moerti/ bernadette lilia nova) (Koran SI/Koran SI/wdi)

0 komentar:

Posting Komentar